Halaman

Selasa, 12 Februari 2013

Berkata-kata Buruk dan Membuka Aib

Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita mendengar seseorang berkata-kata buruk dalam bentuk cacian, makian, umpatan, bahkan memanggil dengan sebutan yang tidak sepantasnya.  Melontarkan kata-kata buruk dan berbicara tidak sopan merupakan kebiasaan yang sangat buruk. Orang-orang yang melontarkan cercaan terhadap apapun yang terlintas di benaknya jarang menjaga kata-katanya. Pikiran mereka sangat plin-plan. Mereka melontarkan kata-kata buruk dan berusaha mencari-cari kesalahan orang lain tanpa alasan yang masuk akal. Mereka terus menerus menyakiti orang lain dengan kata-kata yang tak bertanggung jawab. 


Perhatikanlah Perkataan Anda!

Melontarkan kata-kata buruk hukumnya haram dan dipandang sebagai dosa besar. Rasulullah saw bersabda, "Allah swt mengharamkan surga bagi orang-orang yang suka melontarkan kata-kata buruk. Terkutuklah orang-orang yang suka mencaci-maki, tak punya rasa malu, dan tak mengenal sopan-santun, dan mereka akan dicegah dari memasuki surga.  Apapun yang dikatakan seseorang yang suka mencaci-maki tentang orang lain, ia melakukannya tanpa memikirkannya dan tak pernah peduli terhadap pandangan orang lain terhadapnya."_[1] 

Imam Ja`far Shadiq as. mengatakan, "Sumpah serapah, berkata-kata kotor, dan ketidaksopanan merupakan tanda-tanda kemunafikan dan ketiadaan iman."_ [2]

Dalam al-Quran suci, Allah Swt memfirmankan: Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. (QS. al-Humazah: 1)

Orang-orang yang suka berkata-kata buruk umumnya merasa rendah diri dan berpikiran picik. Mereka menjadikan orang-orang sebagai musuhnya dengan melontarkan kata-kata tidak senonoh. Orang-orang juga tidak menyukai mereka serta berusaha menjauhi dan enggan berteman dengan mereka. 

Rasulullah saw menyabdakan, "Orang paling buruk adalah orang yang kata-katanya tidak disukai orang-orang dan mereka berusaha menjauhinya."_[3] 

Imam Ja`far Shadiq as. mengatakan, "Ketika orang-orang tak suka mendengar perkataannya, seseorang akan masuk neraka."_[4] 

Nabi saw berkata, "Seorang Mukmin tak akan mencela, mengecam, dan menyakiti selainnya."_ [5]


Membuka Aib Orang Lain


Kata-kata buruk yang terlontar dari mulut kadangkala justru membuka aib saudaranya sendiri entah dalam kondisi sadar atau tidak. Setiap mukmin yang baik pasti tak ingin aib di masa lalu terbuka baik di hadapannya sendiri ataupun di depan orang lain. Seorang mukmin akan merasa malu jika aibnya terbuka sedangkan ia sendiri berusaha menutupi aibnya dari siapapun. Maka tak pantaslah kiranya jika seseorang berkata-kata buruk sambil membuka aib saudaranya sendiri, apalagi mencelanya dan merendahkannya. 

Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat:11 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim"


Keutamaan menutupi aib saudara muslim dikuatkan dengan sifat Allah yang suka menutupi aib dan kesalahan hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيمٌ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِر

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla maha lembut maha pemurah, malu dan suka menutupi. Dia mencintai rasa malu dan tertutup, maka apabila salah seorang kalian mandi hendaknya memasang penutup." (HR. al-Nasai)



Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan beberapa hak seorang muslim atas muslim lainnya yang salah satunya menutupi aib saudara muslim lainnya,

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh mendzaliminya dan menyerahkannya kepada musuh. Dan siapa yang berusaha memenuhi kebutuhan  saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hair kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)


Karenanya Islam melarang keras umatnya dari mencari-cari kesalahan kaum muslimin yang tersembunyi untuk dia sebarkan ke tengah-tengah manusia. Perbuatan tersebut dapat mengundang murka Allah kepadanya dan menyebabkannya mengerjakan perbuatan buruk saudaranya tadi. Karena balasan sesuai dengan jenis amal. Maka siapa yang mencari-cari aib orang lain dan menyebarkannya di tengah-tengah manusia maka Allah akan menyingkap aibnya dan menyebarkannya di tengah-tengah makhluk-Nya. Bahkan dosa dan maksiat yang dikerjakannya di dalam kamarnya di tengah malam akan juga diketahui orang. Wallahu Ta'ala A'lam


Referensi:

[1] Ushûl al-Kâfî, jil.2, hal. 323
[2] ibid., hal.325
[3] ibid.
[4] ibid., hal.327.
[5] Al-Mahajjat al-Baydha', jil.3, hal.127.


Referensi situs:
1. http://www.alhassanain.com
2. http://www.voa-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar