Islam melarang umatnya untuk mengganggu orang mukmin. Karena menghormati seorang mukmin lebih mulia dari penghormatan kepada Kabah. Selain itu, mengganggu seorang mukmin memiliki dampak luas dan hati yang terluka tidak mudah disembuhkan dan bisa jadi luka ini tidak sembuh sampai bertahun-tahun.
Pada tahap awal, manusia harus berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain. Karena bila terjadi, semoga tidak, maka harus segera dilakukan upaya untuk mengobatinya. Kondisi ini juga sama terkait seorang yang melakukan perbuatan dosa.
Jangan sampai kita mengecam seseorang yang melakukan perbuatan dosa. Yang harus dilakukan adalah melarangnya dari perbuatan dosa. Perlu diperhatikan bahwa sangat berbeda antara mengecam dan melarang dari perbuatan dosa. Ketika menghadapi seorang yang berbuat dosa, kita harus memilah dengan benar menggunakan cara melarang atau mengecam.
Berikut ini adalah kisah bagaimana Nabi Isa dan Yahya as dalam menghadapi orang yang berbuat dosa dari lisan Imam Shadiq as. Kisah kedua nabi ini mengandung pelajaran bagi mereka yang ingin melakukan kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar.
Imam Shadiq as berkata:
"Ada seorang pria yang mendekati Nabi Isa as dan mengakui kalau ia telah melakukan zina dan meminta agar beliau mensucikannya. Setelah terbukti perbuatannya itu, ia dijatuhi hukuman dirajam.
Masyarakat telah berkumpul untuk menyaksikan orang itu dirajam.
Waktu itu, Nabi Yahya as berada bersama orang-orang yang hadir. Mereka memasukkan orang pezina itu dalam sebuah lubang untuk kemudian dirajam. Tiba-tiba ia berteriak, "Barangsiapa yang punya tanggungan dengan Allah harus pergi dari sini."
Mendengar itu, semua pergi dari sana dan yang tinggal hanya Nabi Isa dan Yahya as. Waktu itu, Nabi Yahya as memanfaatkan kesempatan untuk meminta nasihat dari orang itu. Karena orang dalam kondisi demikian, nasihatnya sangat bermafnaat.
Nabi Yahya as berkata, "Wahai pendosa! Nasihati aku!"
Orang itu mengatakan, "Jangan biarkan ada kekosongan antara dirimu dan hawa nafsumu, karena engkau akan binasa."
Nabi Yahya as berkata, "Beri aku nasihat lagi!"
Ia kembali berkata, "Jangan mengecam seseorang akibat dosa yang dilakukannya."
Nabi Yahya as berkata, "Nasihati lagi aku!"
Ia berkata, "Jangan marah!"
Nabi Yahya as berkata, "Tiga nasihat ini sudah cukup untukku."
Sumber:
http://indonesian.irib.ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar