Halaman

Selasa, 02 April 2013

Janganlah kekesalanmu membuatmu berlaku zhalim!


Kesal ketika hawa nafsumu diganggu memanglah kewajaran, tapi jangan kekesalanmu tersebut membuatmu memusuhi para pembawa kebenaran. Ingatlah! Temanmu yang menasehatimu untuk meniti kepada kebenaran sudah seharusnya engkau cintai, dan sudah seharusnya engkau tidak kehilangannya. Kehilangannya merupakan kerugian yang sangat besar! berhati-hatilah!



Ingatlah mereka para pembawa kebenaran, adalah wali-wali Allåh, yang mengatakan yang haq itu haq, yang baathil itu baathil. yang berusaha mengeluarkan pengaruh syaithan dalam diri manusia. syaithan tentu tidak akan senang dengan ini, sehingga mereka mempergunakan hawa nafsu manusia, agar mereka tetap dalam kesesatan dan kemungkarannya.
Allåh subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindungnya selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.
(4:119)
Råsulullåh (shållallåhu ‘alaihi wa sallam) bersabda, yang artinya:
Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka, hendaklah kalian memperhatikan siapa sahabat kalian.
(Hadits hasan, diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Råsulullåh (shållallåhu ‘alaihi wa sallam) bersabda, yang artinya:
Janganlah anda berteman melainkan dengan orang mukmin dan janganlah memakan makananmu, kecuali orang bertaqwa.
(HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud dengan sanad yang hasan)
Berkata Umar bin Khathab rådhiyallåhu ‘anhu,
“Janganlah anda berjalan bersama orang fajir (yang bergelimangan dalam dosa), karena dia akan mengajarkan kepada anda perbuatan dosanya.”
Berkata Muhammad bin Wasi’,
“Tiadalah tersisa dari kenikmatan dunia, selain shalat berjama’ah dan berjumpa dengan teman (yang shalih).”
Berkata Bilal bin Sa’ad,
“Saudaramu yang selalu mengingatkanmu akan kedudukanmu di sisi Allah adalah lebih baik bagimu, daripada saudaramu yang selalu memberimu dinar (harta benda).”
Berkata sebagian salaf,
“Orang yang paling lemah (tercela), yaitu orang yang tidak mau mencari teman (yang baik). Dan yang lebih lemah (tercela) daripadanya, ialah orang -yang apabila telah mendapatkan teman (yang baik)- ia menyiakannya.”
Alangkah bahagianya, apabila kita diberi rezki oleh Allah berupa teman yang shalih. Teman yang selalu mengingatkan dan menasihati kita untuk tetap istiqamah, sehingga kita selamat dari api neraka dan masuk ke dalam surga. Itulah teman yang baik dan bermanfaat di dunia dan akhirat.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar